Gue bangat.....

Ni asli gue bangat, bukan orang lain atau bayang bayang gue.
tapi bukan ni gue yang seluruhnya, masih banyak sisi sisi pribadiku, sisi atas, bawah, samping kiri, samping kanan, samping agak kiri kekanan, dan samping agak kanan kekiri......! lain lagi kalau sedang mood, marah, sedih, dan emosional lainnya, kalo bulan purnama, siang, malam, pagi ataupun sore hari. Lain hari senin, lain selasa, lain Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Kalo dicampur adukkan itulah saya. Temboel Paroelian Poerba.

Jumat, 12 Januari 2018

Pemanfaatan Limbah Kulit Kakao Untuk Pakan Ternak

Kulit buah kakao (cangkang/pod), daun pangkasan tanaman serta hijauan tanaman pelindung/naungan yaitu gamal (Gliricidia sepium) dan lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan limbah agroindustri yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia khususnya kambing terutama pada musim kemarau. Kandungan nutrisi pada bahan pakan tersebut dapat dikatakan sebagai bahan pakan berkualitas tinggi. Dimana kandungan protein kasar kulit buah kakao berkisar 10 persen. Sedangkan untuk tanaman hijau dari gamal dan lamtoro lebih dari 20 persen.
Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan ternak dapat diberikan dalam bentuk segar maupun dalam bentuk tepung setelah di olah. Kulit buah kakao mempunyai nilai produktif yang bisa dikembangkan para petani dan banyak megandung hara mineral khususnya K dan N, serat, lemak dan sejumlah asam organik yang dapat di manfaatkan untuk pakan ternak. Kulit buah kakao selalu tersedia sepanjang tahun. Sementara itu dengan interval dan cara pemangkasan yang benar dari hijauan tanaman pelindung perkebunan juga menjadi bahan pakan yang selalu tersedia.
Ketersediaan kulit buah kakao cukup banyak karena sekitar 75 % dari satu buah kakao utuh adalah berapa kulit buah, sedangkan biji kakao sebanyak 23 % dan placenta 2 % (Wawo, 2008). Ditinjau dari segi kandungan zat-zat makanan kulit buah kakao dapat dijadikan pakan ternak karena mengandung protein kasar 11,71 %, serat kasar 20,79 %, lemak 11,80 % dan BETN 34,90 % (Nuraini, 2007).
Pemanfaatan limbah kulit buah kakao
Kulit buah kakao merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) Kakao terdiri dari 74 % kulit buah, 2 % plasenta dan 24 % biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22 % protein dan 3-9 % lemak (Nasrullah dan A. Ella, 1993). Pakar lain menyatakan kulit buah kakao kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88 % protein kasar (PK) 8 %, serat kasar (SK) 40,1 % dan TDN 50,8 % dan penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40 % (Anonimus 2001). Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ternak domba, bahwa penggunaan kulit buah kakao dapat digunakan sebagai substitusi suplemen sebanyak 15 % atau 5 % dari ransum. Sebaiknya sebelum digunakan sebagai pakan ternak, limbah kulit buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15 %. Pemberian kulit buah kakao yang telah diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi sebesar 0,9 kg/ hari.
Kandungan gizi
Kulit buah kakao merupakan hasil samping dari pemrosesan biji kakao dan merupakan salah satu limbah dari hasil panen yang sangat potensial untuk dijadikan pakan ternak. Kulit buah kakao dapat menggantikan sumber-sumber energi dalam ransum tanpa mempengaruhi kondisi ternak (Smith dan Adegbola, 1982).
Kandungan gizi buah kakao
Komponen
Smith dan Adegbola (1982)
Amiroenas (1990)
Roesmanto (1991)
Bahan kering
84,00-90,00
91,33
90,40
Protein kasar
6,00-10,00
6,00
6,00
Lemak
0,50-1,50
0,90
0,90
Serat kasar
19,00-28,00
40,33
31,50
Abu
10,00-13,80
14,80
16,40
BETN
50,00-55,60
34,26
-
Kalsium
-
-
0,67
Pospor
-
-
0,1







Sumber : Wong, dkk (1988)
Kulit buah kakao mengandung alkaloid theobromin (3,7 – dimethyxantine) yang merupakan faktor pembatas pada pemakaian limbah kakao sebagai pakan ternak.
Kandungan Theobromin pada bagian-bagian buah kakao
Bagaian  Buah Kakao
Kandungan Theobromin (%)
Kulit buah
0,17-0,20
Kulit biji
1,80-2,10
Biji
1,90-2,0


Sumber : Wong, dkk (1988)
Kelemahan Limbah Kulit Kakao
Pada umumnya limbah perkebunan memiliki kelemahan dalam hal kualitas. Cangkang kakao umumnya cepat busuk , dikarenakan tingginya kadar air yang terkandung di dalamnya. Cangkang kakao biasanya bisa tahan tidak lebih dari 10 hari sejak buah di petik.
Proses pengolahan limbah kulit buah kakao dengan fermentasi
Melalui proses fermentasi, nilai gizi limbah kulit buah kakao dapat ditingkatkan, sehingga layak untuk pakan penguat kambing maupun sapi, bahkan untuk ayam. Salah satu fermentor yang cocok untuk limbah kulit buah kakao adalah Aspergillus niger. Manfaat fermentasi dengan teknologi ini antara lain 
- Meningkatkan kandungan protein
- Menurunkan kandungan serat kasar
- Menurunkan kandungan tanin (zat penghambat pencernaan)
Proses pengolahan limbah kulit buah kakao dengan fermentasi :
  • Kulit di cacah untuk memperkecil ukuran
  • Difermentasi dengan larutan Aspergillus niger, ditutup dengan goni/plastik selama 4 – 5 hari
  • Dijemur hingga kering selama 2-3 hari
  • Digiling sampai menjadi tepung halus
  • Dicampur ransum
Sebelum digunakan Aspergillus niger di larutkan dengan air steril tanpa kaporit. Seperti air mata air atau air sumur yang bersih, bisa menggunakan air hujan atau air sungai tetapi harus dimasak lebih dahulu, kemudian didinginkan. Kedalam air steril yang dingin dimasukkan gula pasir, urea dan NPK kemudian dilarutkan. Dengan fermentasi Aspergillus niger mampu meningkatkan nilai nutrisi limbah dengan kandungan protein meningkat dari 9,88% menjadi 17,12%. Kandungan serat kasar turun yakni dari 7,10% menjadi 4,15%, hal ini menunjukkan bahwa aspergillus niger mampu meningkatkan nilai gizi limbah kakao sebagai bahan pakan ternak.
Pemberian kulit kakao sebagai pakan kambing mengurangi porsi pemberian rumput yang harus disediakan peternak khususnya pada pola usaha intensif (dikandangkan penuh).
Proses pengolahan limbah kulit buah kakao tanpa fermentasi 
  • Limbah kulit kakao dicincang
  • Dijemur pada sinar matahari sampai kering  (kalau diremas mudah hancur)
  • Ditumbuk dengan lesung/ alat penumbuk
  • Diayak
Untuk meningkatkan mutu pakan ternak, tepung kulit buah kakao dapat dicampur dengan dedak/bekatul dan jagung giling masing-masing 15 %, 35 % dan 30 %. Ini artinya bahwa ransum tersebut terdiri atas 15 % tepung kulit buah kakao, 35 % bekatul dan 30 % jagung giling, diberikan sebanyak 200 gr/ek/hr pada pagi hari sebelum ternak mengkonsumsi hijauan. Pakan hijauan segar diberikan secara adlibitum ( tidak terbatas ).
Penggunaan
  1. Pada awal pemberian, biasanya ternak tidak langsung mau memakannya. Karena itu berikanlah pada saat ternak lapar dan bila perlu ditambah sedikit garam atau gula untuk merangsang nafsu makan.
  2. Tepung limbah hasil fermentasi bisa langsung diberikan kepada ternak, atau disimpan. Penyimpanan harus dengan wadah yang bersih dan kering.
  3. Untuk ternak ruminansia (sapi, kambing) limbah kakao olahan bisa dijadikan pakan penguat, untuk mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produksi susu. Bisa diberikan sebagai pengganti dedak, yakni sebanyak 0,7-1,0 % dari berat hidup ternak.
  4. Pada ayam buras petelur pemberian limbah kakao sebagai pengganti dedak hingga 36 % dari total ransum dapat meningkatkan produksi telur.

Daftar bacaan :
 Anonim. 2010. Mengolah limbah kulit kakao menjadi pakan ternak dalam http://disnaksulsel.info/indek.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=10. diakses pada tanggal 28 Oktober 2010.
Anonim. 2010. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao dalam http://onlinebuku.com/2009/01/06/pemanfaatan-limbah-kulitbuah-kakao. diakses pada tanggal 28 Oktober 2010.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar